Desain Grafiti Jadi Detektif di Lockdown Indonesia
Efek senang baca buku cerita detektif bermula dari Petulangan Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu sampai Hardy Boys dan Nancy Drew rupanya tidak berhenti sampai di situ. Gedean sedikit jadi akrab dengan ke Hercule Poirotnya Eyang Agatha Christie. Dan sesuai usia sekarang yang matang [uhuk!], jadi suka buku karangan Dan Brown yang menurut saya jenius pisan dalam meramu cerita dengan plot twisted di mana endingnya selalu sulit diebak. As if every words he wrote means something as a clue.
Tidak sebatas buku saja, sensasi misteri pun merambah pada tontonan film. Selain genre drama, saya juga senang nonton film 'mikir' ala detektif. Tambah bumbu thriller sedikit, saya masih mau nontonnya.
Dan sekarang nggak cuma baca buku cerita atau nonton filmnya aja karena di Lockdown Indonesia, kita bisa ngerasain bagaimana menjadi detektif itu. Selain tidak mudah as it looks, mikir dengan batasan waktu serasa ujian akhir itu ternyata melelahkan saudara-saudara! Kurang lebih, demikianlah yang kami rasakan berempat ketika minggu lalu bermain ala detektif di Lockdown Indonesia (please read Disclosure) tepatnya di kawasan Alam Sutera.
Dan sekarang nggak cuma baca buku cerita atau nonton filmnya aja karena di Lockdown Indonesia, kita bisa ngerasain bagaimana menjadi detektif itu. Selain tidak mudah as it looks, mikir dengan batasan waktu serasa ujian akhir itu ternyata melelahkan saudara-saudara! Kurang lebih, demikianlah yang kami rasakan berempat ketika minggu lalu bermain ala detektif di Lockdown Indonesia (please read Disclosure) tepatnya di kawasan Alam Sutera.
Hari Sabtu lalu kami tiba di lokasi Lockdown pukul 12 siang, 2 jam setelah Lockdown buka. Lokasinya mudah dicapai. Dari Bogor kami arahkan si roda empat ke jalan tol BSD. Keluar di pintu to BSD, lalu meluncur lurus ke arah Alam Sutera. Rutenya searah dengan IKEA. Setelah melewati Giant Alam Sutera, di sisi kanan akan terlihat jejeran ruko. Itulah Ruko Dinasty Walk RJS 29C. Masuk saja ke kawasan ruko, lokasi Lockdown persis di berhadapan dengan Nike Outlet.
Untungnya saat itu belum ramai, jadi kami bisa diskusi banyak dengan Mas Taufik, yang juga bertindak sebagai Master Game atau pendamping kami dalam gaming nanti.
Pose dulu sebelum game dimulai
Setelah menyimak penjelasan Mas Taufik, kami memutuskan The Chairman's Office sebagai kasus yang akan kami pecahkan. Belakangan baru diketahui jika game yang kami pilih ternyata permainan dengan tingkat kesulitan yang paling tinggi. Wish we knew it earlier, bwhihihi.
Semacam wall of fame, foto yang berhasil memecahkan misteri
Oleh Mas Taufik kami diajak ke lantai 3 ruko, lantai paling atas. Jika lay out di lantai dasar atau lobby sangat lapang dan minimalis, lain halnya di lantai dua dan tiga. Kami perhatikan banyak ruangan yang disekat dengan pintu tertutup. Rupanya setiap tema permainan di tempatkan di ruangan yang berbeda. Dan pengunjung hanya diijinkan untuk memasuki ruangan sesuai tema misteri yang dipilihnya.
Akhirnya kami sampai juga di lokasi The Chairman's Office. Sambil menyimak lagi keterangan dari Mas Taufik, saya perhatikan kondisi ruangan yang ditata selayaknya ruangan kantor. Namun yang ini ruangan dengan perabotan minim. Selain satu set meja dan kursi tamu, terlihat beberapa lemari berisi buku dan map, mesin ketik, beserta meja tulis dan hiasan-hiasan; baik hiasa dinding maupun pajangan di atas meja.
Misi kami siang itu adalah mencari lokasi CEO sebuah perusahaan yang hilang diculik. Selain mencari keberadaan sang CEO, kami juga harus mencegah terjadinya ledakan bom yang dipasang oleh kelompok penjahat yang sama. Dan kami hanya punya waktu satu jam untuk memecahkan teka-teki tersebut. Demikian penjelasan sang Game Master. Wow, skenarionya udah mirip film banget ya?
Setelah memberikan petunjuk, Mas Taufik pamit mundur meninggalkan kami di ruangan tersebut. Pintu pun ditutup dan.....dikunci! Lho, lho....kok malah dikunciin?
Pose with the icon of Lockdown
Rupanya selama memecahkan misteri, para pemain tidak diperkenankan meninggalkan ruangan. Melihat ada kunci kombinasi di sisi pintu, saya pun menyimpulkan bahwa mencari kode akses keluar untuk meninggalkan ruangan tersebut juga merupakan bagian dari permainan.
Ketika pandangan diarahkan lagi ke seluruh ruangan, baru nampak oleh kami, persis di atas pintu dipasang counter yang menghitung mundur. Jadi bersamaan pintu dikunci tadi, waktu pun berjalan. 60, 59, 58.... What a thrill!
Di situ, baru deh terasa berharganya waktu. Mengulang lagi keterangan Mas Taufik bahwa semua benda yang berada dalam ruangan sang CEO merupakan clue atau petunjuk, kami semua langsung bergerak mengitari ruangan.
Dari semua petunjuk yang kami temukan kemudian ternyata ada yang memang merupakan kunci pembuka teka-teki namun tidak sedikit yang bersifat decoy atau pengalihan. Jadi alur ditemukannya petunjuk tidak runut seperti abjad A, B, C dst. Melainkan jumping alias loncat-loncat. Itu juga merupakan tantangan tersendiri. Serasa nyusun puzzle 'gitu deh.
Nah, menentukan mana yang real clue dan mana yang decoy itulah yang membuat kita berpikir dan tak jarang adu argumen antara sesama kita sendiri. Belum lagi masalah waktu yang memburu menambah suasana semakin intens. Seru juga!
Diskusi alot antara Detektif Mama dengan Detektif Suami Ganteng ^_^
Tik-tok, tik-tok, time is ticking.
Dari alat penghitung waktu [timer] yang dipasang di salah satu dinding ruangan, rasanya lima belas menit pertama kami buang begitu saja karena clueless alias bingung dengan benda-benda yang ada di hadapan kami.
Walaupun sebetulnya diijinkan untuk meminta bantuan hints pada Game Master namun kami mencoba untuk tidak melakukannya hingga di menit ke tiga puluh.
Di menit ke-30, ketika tidak ada perkembangan yang berarti, tetiba telepon tanpa kabel yang difasilitasi oleh Game Master berbunyi. Rupanya, Mas Taufik berbaik hati memberikan hints setelah melihat wajah clueless kami via layar monitor. Ternyata demikian aturan mainnya, dalam kondisi terdesak pemain diijinkan untuk menghubungi Game Master untuk memperoleh bantuan atau sebaliknya. Dan komunikasi dilakukan dengan menggunakan telepon cordless.
Tetap pose gaya walau kalah ^_^
Entah skenario yang terlalu canggih atau kami yang tidak cukup pintar (hihihi), ternyata kami butuh waktu lebih dari 60 menit untuk memecahkan misteri.
Sebelum akhir permainan, kami berhasil menemukan sang CEO. Namun kami tidak bisa menemukan kode untuk menghentikan bomb timer. Then BOOM!
Walau hanya permainan tapi ternyata kami baper juga (hihihi). Because we were that close to end the game but time was up. Game was over.
Karena kami kalah, gagal deh foto kami dipajang di wall of fame-nya Lockdown Indonesia. Eaaaa!
Menurut Kakak Cantik, permainan ala detektif yang merupakan waralaba dari Lockdown Singapore ini rupanya mulai banyak diminati di tanah air, terutama di kalangan para remaja. Tapi nggak usah minder walau sudah ngga remaja lagi, karena lewat gaming yang pada dasarnya menstimulasi kerja sama kelompok ini sesuai untuk team building. Jadi cocok juga dilakukan bersama rekan kerja atau keluarga seperti yang kami lakukan kemarin.
Tertarik mencobanya?
----
Lockdown Indonesia
Ruko Dinasty Walk RJS 29C No. 2, Alam Sutera, North Serpong
Phone: +622129213709, 08811855888
Email: contactus@lockdown.id
Tickets: @150K -- week day, 180K -- week end
Promo: 20% show your Student Card ID
Website: www.lockdown.id
IG: @lockdown.id
Post a Comment for " Desain Grafiti Jadi Detektif di Lockdown Indonesia"