Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Grafiti Culinary Maraca Books & Caffe

Salah satu impian liar saya kalau jadi horang kayah #eaaa adalah punya tempat baca yang dibuka untuk umum.  Karena punya kebiasaan, sambil baca mulut juga ngga berhenti mengunyah maka di tempat yang sama akan disediakan makanan ringan beserta minumannya.



Ruang baca dibuat se-hommy mungkin.  Ruang luas model lesehan, dengan banyak bantal dan sofa serta bean bag untuk leyeh-leyeh.  Membayangkannya saja udah mupeng.  Berasa nikmatnya duduk nyantai sambil baca buku dan nyeruput minuman paporit.  Sebagai backsound, diputarkan musik yang jazzy or lounge music gitu.   Nikmatnyaaa !




Maka ketika tiba di Maraca Books & Caffe untuk mengikuti acara workshop fotografi dengan narsum @dapurhangus akhir pekan lalu, I'm very excited knowing that Bogor punya caffe dengan konsep seperti impian liar saya; tempat ngopi yang juga menyediakan bacaan.  Atau tempat baca yang menyediakan kopi?



Walaupun minus bean bag apalagi bantal-bantal tapi saya kadung suka sama tempat yang minimalis ini.  Maraca punya ruangan indoor dan outdoor.  Keterbatasan ruang digunakan optimal dengan penempatan furnitur sesuai luas ruangan dan fungsi.

Ruangan di dalam didominasi oleh perabot kombinasi kayu jenis peti bekass dan besi hitam. Sedangkan bagian luar dihiasi beragam mural warna monokrom.  Kesimpulan keseluruhan tentang lay out adalah simpel!



Begitu masuk, pandangan langsung tertuju pada open kitchen sebagaimana umumnya konsep warung kopi masa kini.  Desain dapurnya saya pada situasi kitchen set di rumah; messy but in a good way.

Di sebelah kiri pintu masuk, dipasang rak buku tinggi menjangkau langit bangunan.  Penuh berisi buku dan koleksi CD.  Kelihatan juga beberapa set alat gambar seperti krayon.  Antisipasi pemilik untuk pengunjung yang datang membawa bocah tidak bisa diam.  Smart.




Saya melakukan fast scanning atas koleksi buku yang disusun rapih di atas rak.  It is wide range of genres.  Mulai dari bacaan berat sekelas Bhagavad Gita, Babad Tanah Jawi, karya sastra Mohamad Tohari, buku horornya Stephen King hingga novel kekiniannya Dee Lestari.

Kalau suka yang bacaan enteng, majalah pun tersedia.  National Geographic hingga Elle pun ada di sana.

My guessing is, itulah alasannya kafe ini dinamana Maraca.  Dalam Bahasa Sunda, maraca artinya (orang-orang) sedang membaca. Dengan disediakannya buku, diharapkan pengunjung yang datang tidak hanya menghabiskan waktu untuk kongkow sambil gadget-an tapi juga menyesap kopi sambil membaca. 

Cucok ma Guweh ini maahhh! ??





Karena kemarin fokus pada acara workshop, hal itu membuat saya tidak bisa fully enjoy the place. Jadi ngga bisa banyak komentar kecuali tentang hal-hal yang ditulis di atas.  Belum tahu cemilan apa yang enak apalagi rasa minuman kopinya.  Karena kemarin untuk peserta workshop mendapatkan free from the host segelas es teh manis dengan level kemanisan yang pas untuk lidah saya.  Apakah itu indikasi jika kopinya juga leker?

Well, it seems that I have valid reason for coming back to find out.  Yippyy!


-------

Post a Comment for "Grafiti Culinary Maraca Books & Caffe"