Grafiti Culinary, My Korean Food Adventure
I wrote here, the best way to get to know the local you visit is by tasting the food. Walaupun di Indonesia belakangan ini kuliner Korea relatif mudah dijumpai, khususnya di kota-kota besar. Still the best way to savor the authentic cuisine is from the origin.
Samgyetang Ginseng Chicken Soup, Seoul
Ke Korea tanpa mencicipi Sup Ayam Ginseng (Samgyetang) ibarat ke Jogja minus makan gudeg. Begitu perumpaan yang paling mendekati. Dan saya terbilang beruntung karena dapat mencicipi Samgyetang di salah satu restoran (konon) terbaik di Kota Seoul.Maka di suatu siang, serombongan turis Indonesia berbaris menuju Korea Samgyetang beralamat di Seoul-si Jung-gu Seosomun-dong 55-3. Rumah makan yang hanya menyajikan sup ayam semenjak tahun 1960's ini, selain tercatat dalam 50 Top �Hi, Seoul Korean Restaurants� oleh Pemerintah Kota Seoul juga mendapatkan Michelin Award di tahun 2018. They put the Michelin sign on the wall, cool!
Secara tradisi, sejatinya sup ayam ginseng dikonsumsi pada tiga hari istimewa di musim panas yaitu chobok, jungbok, dan malbok (don't ask me what it is, LOL) yang merupakan tiga hari terpanas dalam setahun. Namun demikian, rumah makan samgyetang selalu ramai sepanjang tahun. Persis sebagaimana suasana resto yang kami alami di siang itu mengingat lunch time is peak hour. Restoran yang menempati bangunan berlantai 4 itu memang padat pengunjung.
Restoran ini rupanya sering diliput oleh stasiun TV lokal seperti KBS dan SBS |
Bagian perut ayam setelah dibersihkan, diisi dengan nasi ketan yang sudah direndam sebelumnya beserta ramuan tanaman obat yang dipercaya bermanfaat bagi kesehatan. Selain ginseng, ramuan lainnya adalah buah jujuba kering, bawang putih, daun bawang dan jahe. Agar khasiatnya maksimal, semua bahan tersebut dicampurkan dalam keadaan utuh. Protein dan mineral dari seekor ayam utuh yang direbus dengan tanaman obat inilah yang dipercaya baik untuk kesehatan dan mencegah penyakit.
Kebiasaan lainnya adalah, menyiram arak ginseng ke dalam kuah sup sesaat sebelum dikonsumsi. I certainly passed this! Pantas saja, selain kimchi (as always) di atas meja juga terdapat cangkir-cangkir putih kecil berisi cairan bening.
Korean Grilled Chicken "Dakgalbi", Gapyeong-gun
Kombinasi hawa dingin, rasa lapar dan side dish yang meramaikan menu kemungkinan besar adalah faktor-faktor yang membuat rasanya jadi "enak".
Menurut saya, yang menjadikan dakgalbi buatan An Ring Chicken Ribs resto ini istimewa adalah pemandangannya. Terletak tak jauh dari lokasi parkir bis yang membawa wisatawan ke Nami Island, posisi resto terbilang dekat dengan danau. Dapat dikatakan seluruh dinding resto terbuat dari kaca. Sambil menikmati hidangan, kita disuguhi pemandangan Pulau Nami yang siang itu dari kejauhan tampak misty ditutupi kabut tipis.
Paket makan ayam panggangnya sendiri berupa semangkok nasi dan semangkok sup rumput laut. Kimchi (kimchinya enak, lho) is a must-side-dish, plus lettuce segar beserta dip sauce + potongan bawang putih. Nah, yang ini membuat saya keinget lalapan. Dip sauce ini semacam sambal begitulah. Tapi jangan bayangin seperti sambalnya Indonesia, ya. Sambal Korea ini tidak pedas sama sekali.
Cara makannya; ambil selembar daun, isi dengan potongan ayam panggan dan bawang putih. Bungkus, cocolin ke sambal lalu happ!
"Godeungeo gui" Grilled Mackerel, Sokcho
Penampakan Grilled Mackarel beserta teman-temannya. Jepret dulu sebelum diserbu. |
Lesehan ala Korea dengan penampakan hidangan yang tandas! ?? |
Seperi yang dijelaskan di sini, Sokcho adalah daerah pantai. Maka menu lokal yang dicicipi di salah satu malam adalah ikan bakar, tepatnya Makarel panggang atau Godeungeo gui.
Dari semenjak menginjakkan kaki di dalam rumah makan, nostril kami sudah disambut oleh aroma khas makanan laut. Sayangnya saya tidak mencatat nama kedai yang memang mengandalkan ikan bakar sebagai menu utama.
Rumah makan sederhana ini dikelola oleh sepasang suami istri (that's how they look to me) yang malam itu sibuk melayani rombongan kami yang notabene memang hanya kami pengunjung rumah makannya ??
Menunya pun tidak fancy ala resto. Selama masa kunjungan, baru kali saya melihat Tteok-bokki (baca topoki) dihidangkan sebagai side dish. Kue beras dengan bumbu pedas tersebut umumnya dijadikan camilan. Selain itu ada sup labu siam dan so pasti kimchi. Walaupun rasa kimchi di sini tidak seenak kimchi di restoran dakgalbi, rumput laut produksi rumahannya malah enak banget.
Malam itu, tidak hanya kembali ke hotel dengan happy-tummy, tak sedikit diantara kami yang membeli rumput lautnya!
Korean Braised Chicken "Jjimdak", Seoul
Sebelum getting around Myeong Dong, kami recharge tenaga dahulu dengan menu ini. Letak restonya di keramaian Myeong Dong. Jadi saat keluar restoran, langsung disambut kemeriahan tempat belanja yang jadi must-seen-place-for-foreigner di Kota Seoul.
Satu mangkuk besar Jjimdak disajikan di tengah meja dengan kimchi sebagai side-dish. Lainnya standar restoran Korea; semangkok nasi, sumpit-sendok serta gelas serta sebotol air.
Pas dicicip, rasa menu ini mengingatkan akan semur ayam yang di-amini oleh teman satu meja. Bedanya, "semur ayam Korea" ini pakai potongan kentang, wortel yang diberi sedikit soun serta potongan daun bawang sebagai garnish.
Kalo ada sambal terasi dan kerupuk (teteuub yaaa ??) mungkin rasanya jadi naik kelas.
Sambil melahap habis Jjimdak (lafaaarrr...) menu ini melahirkan ide bagi "emak-emak-gak-mau-rempong-masak" cem saya ini. Terpikir nanti untuk meniru di rumah dengan membuatnya sebagai hidangan rice-bowl; yaitu semangkok nasi dengan 1 macam lauk yang lengkap ingredients. As you see, menu ini mempunyai protein dari ayam, kandungan serat wortel dan daun bawang. Additional a chop of brocolli would it perfect, I guess.
Dan ternyata prakiraan saya tidak meleset. Dari hasil browsing, membuat Jjimdak ngga ribet. Yang perlu resep aslinya, bisa nyontek di sini http://www.beyondkimchee.com/korean-braised-chicken-jjimdak/
Korean BBQ, The Tree Korean Resto, Seoul
Pardon the shaky picture ?? |
The resto is packed by us! |
Walaupun judulnya BBQ, tapi menu yang kami santap malam itu semacam daging dengan bumbu semur with a LOT of garnish (green onion & carrot) on top of the beef. Dan sebagaimana menu khas Korea, selalu ada side-dish yang menemani sajian utama.
Seperti terlihat pada gambar, side-dish yang disajikan terdiri dari irisan telur dadar, kimchi, acar sayuran, lainnya saya lupa ??
Sebenarnya masih ada satu tempat lagi; kami sempat makan di restoran dengan Chinese Food di Seoul. Namun rasanya tidak perlu saya posting deh. Well, who doesn't know Chinese Food? Mie goreng, cap cay beserta kawan-kawannya hehe.
Itulah lima makanan khas Korea yang sempat saya cicipi selama perjalanan 5 hari. Dari kelimanya, Samgyetang adalah menu yang paling berkesan. Mungkin karena itu kali pertama pengalaman mencoba sup ayam ginseng. There is always first time for everything ??
Khusus restoran Samgyetang dan Dakgalbi disebutkan dalam postingan ini, sudah banyak diulas oleh para pelancong manca negara. Means, they are recommended restaurants you may put the list for your Korean's food adventure. Beberapa ulasannya bahkan dilengkapi keterangan "how to get there". Silahkan googling to found out.
Semoga pengalaman singkat saya icip-icip makanan Korea yang tak seberapa ini bisa jadi referensi tentang kuliner Negara Ginseng. Well, at least you know what to eat on your next visit to South Korea, right?
Baca rangkaian jalan-jalan South Korea The Series
Post a Comment for "Grafiti Culinary, My Korean Food Adventure"