Desain Grafiti Dua Jam Bersama Bon Jovi
Selera itu abstrak, intangible. Tak berbentuk tapi terasa, mirip angin, seperti kent... ups, hehehe, sorry ngaco. Selera di sini termasuk selera musik. Bagai mengutip lirik lagu (entah lagunya siapa), engkau di sana, aku di sini begitu juga selera musik gw dan Suami Ganteng.
Umur boleh samaan tapi do'i senengnya dengerin lagu-lagu jadul. Jadulnya nggak ketulungan, oldies banget. Kalo ngga familiar sama nama-nama seperti Nat King Cole, Elvis Presley, Everly Brothers, The Gypsy King, silahkan browsing and you'll find out. That's why ketika almarhum Bokap masih ada, mereka berdua klop banget. Selera musiknya sama bok ! Nyambung kalo udah omongin soal musik ^_^
Beda sama gw yang selera musiknya lebih 'kekinian' *uhuk. Maksudnya kekinian tuh, lebih kini dibanding periode musikus kesukaan Suami Ganteng. Walau jika dilihat dari kacamata anak sekarang sama juga, baheula pisan hehehe.
But at least gw masih tahu siapa itu Michael Learns To Rock (MLRT), mengikuti lagu-lagunya Mariah Carey, seneng juga dengerin karyanya almarhum Whitney. Pokoknya sebutin aja deh, pemusik era MTV, mungkin gak hapal lagu mereka tapi minimal tahu kalo musikus itu exist.
Khusus untuk sweet music ibaratnya selera kami itu asam di gunung, garam di lautan dan ketemunya di kuali. Nah, begitu juga selera musik kami, ketemunya di musik rok. Sebagai anak cewek yang gede diantara dua kakak laki-laki, kuping gw lebih akrab dengan lagu-lagunya Toto, Rolling Stones, Genesis, Queen dan Rod Stewart termasuk Bon Jovi. Di mana lagu-lagu yang sama juga didenger oleh Suami Ganteng. Tahu sendiri donk, tahun 80-an itu tahun keemasannya band aliran rock. Indonesia aja sampe punya God Bless. So yes, we filled our young days with rock n roll, yeah !
Manakala tahu Bon Jovi bakal manggung lagi di Jakarta, udah bulet niat gw untuk nonton. Selain karena udah lama ngga lihat perhelatan musik semacam itu, juga untuk membunuh rasa penasaran sebabnya ketika mereka manggung di Ancol tahun 1995 dulu, gw sama sekali ngga nonton.
Awalnya Suami Ganteng setengah hati menanggapi dengan alasan, "Waktu pertama dia ke sini, 'kan aku nonton." Singkatnya, setelah jurus maut rayuan dikeluarkan, akhirnya dia mau juga. Yippiii !!!
Baca juga Pertunjukan
So, then September 11th was the moment. Anak-anak dirumahkan, emak bapaknya mau gaol dulu xixixixi. Itupun setelah panjang lebar berpesan aturan selama mereka ditinggal. Karena udah pasti kita bakal pulang lewat tengah malam.
Rekam jejak untuk anak cucu, xixixixi
Jon Bon Jovi in action from big screen
Masuk ke area pertunjukkan juga ngga umpel-umpelan meskipun banyak orang. Yang nonton juga banyak yang gaya. Sempet terlihat penonton wanita yang full dandan bahkan ber-high heel (mau ke mana, mbak ?) meski disarankan untuk mengenakan alas kaki yang lebih santai. Tidak sedikit yang nonton bersama keluarga. Jauh dari kesan urakan yang seringnya melekat pada band rock. Mungkin mirip kesan yang menyatu dengan sang vokalis utama Jon Bon Jovi; rock yang kasar but sweat. Cieee.
Kalo lihat dari penampakan yang nonton semalem, kayaknya kita berangkat dari generasi yang sama Orang-orang yang mengisi hari-hari remajanya dengan kejayaan lagu-lagu sweet classic rock. Tidak heran, perhelatan konser semalam jadi ajang reuni juga.
Antrian penonton memasuki stadion
Setelah menunggu hampir dua jam, pertunjukkan pun dibuka. Kami kira akan disuguhi performer utama ternyata yang muncul Sam Tsui. Dari hasil browsing baru tahu kalau dia itu dikenal oleh remaja sekarang sebagai cover singer. Ternyata Kakak Cantik juga tahu. Beuddd, kudet nih emaknya.
Penyanyi peranakan Asia-Amerika bernyanyi hampir sepuluh lagu. Hmm, banyak juga yah. Masalahnya, tidak ada satu pun lagunya yang penonton tahu. Alhasil si Sam jadi selingan yang membosankan.
Tak lama setelah si Sam melungsurkan mic-nya, terdengar Indonesia Raya lantang dilantunkan oleh Judika, tanpa dikomando kontan seluruh penonton stadion mengambil sikap sempurna dan bernyanyi bersama. Denger lagu kebangsaan berkumandang megah di stadion yang dibangun atas prakarsa Presiden Pertama itu, wow....sukar digambarkan dengan kata-kata. Yang gw rasain kagum sekaligus bangga. Ternyata masih ada kok, rasa nasionalis itu.
Lagu usai. Panggung pun padam sama sekali. Jeda sesaat, lalu jrengg ....
Lampu panggung terang dan terlihatkan sang bintang panggung. Gambar sang rocker pun terpampang di big screen yang terpasang di sisi kanan-kiri panggung. Yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Suara riuh penonton membahana.
Gambar dari tribun mengarah ke kelas festival yang masih agak lengang.
Maleman dikit, lapangan sepak bola stadion udah full manusia.
Tiga lagu pertama blass ngga ngerti, ternyata itu emang dicomot dari album yang bakalan dirilis dalam waktu dekat. Pantesan, para penonton pada diem. Tapi ketika Jon Bon Jovi meminta audien untuk raise your hand , stadion pun meledak ! This is the real song we want to hear, Jon !
Hingga akhir pertunjukkan, penonton dan Jon saling bersahutan bernyanyi. Salut lihat stamina Jon sang vokalis yang bisa nyanyiin 17 lagu non-stop walaupun usianya sudah 53 tahun. Hanya sesekali dia berbicara penonton. Malah bisa dibilang, minim bicara. Dia lebih banyak menyapa kami lewat lagu-lagu hitsnya. Walau harus diakui performansinya tidak selincah ketika di Ancol 20 tahun yang lalu. Do'i ngga jejingkrakan, bok ! Begitu menurut pengamatan Suami Ganteng.
Di lagu ke-17, pertunjukkan berhenti karena mereka sudah pamit mundur. Kami belum puas.
"We want more !"
"We want more !" Terus berulang.
Have A Nice Day dipersembahkan Jon untuk melengkapi malam yang memang nice. Ephoria Have A Nice Day disambung dengan Livin On A Prayer. Dari tempo lambat hingga tempo cepat hingga tempo dalam versi aslinya. Suara koor 40.000 orang seolah menggoyang dinding dinding stadion menandingi suara musik. But the show has to be stopped setelah mereka menyajikan 20 lagu tanpa henti dalam waktu nyaris dua jam.
Pertunjukkan malam itu pamungkas setelah Livin On A Prayer berhenti dan digantikan oleh tepuk tangan berkepanjangan untuk Jon Bon Jovi yang ganteng beserta drummer Rico Torres, gitaris Phil Xenidis dan si blondee kriwil David Bryan.
Semoga gambar yang diambil dengan telepon genggam ini cukup mewakili karena penonton dilarang bawa kamera DSLR :(
Post a Comment for " Desain Grafiti Dua Jam Bersama Bon Jovi"