Desain Grafiti Jakarta Corners; Telisik Unik Jakarta di Grand Zuri Hotel
Dari beberapa kesempatan mengunjungi Bangkok dan Singapura, ada kesamaan yang terlihat yaitu turis manca negara yang lalu lalang di jalanan dan pusat-pusat wisata tentunya. Dari outfit yang mereka kenakan, for sure they are not in the city for business but for pleasure alias holiday. Sempat terbersit tanya dalam hati kenapa pemandangan yang sama tidak terlihat di Jakarta.
Ya, bagaimana dengan Jakarta ? Apakah �kampung besar� yang di jamannya sempat digadang-gadang oleh pemerintahan kolonial VOC ini merupakan target sasaran para wisman juga ? Sayangnya tidak. Dari data statistik terakhir yang diperlihatkan oleh mas Teguh Sudarisman di sesi talk show, tercatat bahwa turis asing yang datang �catet ya; datang khusus untuk berwisata bukan transit !- ke Jakarta hanya sekitar 2 juta saja. Bandingkan dengan jumlah wisman yang sengaja memilih Bangkok sebagai tujuan wisata bisa mencapai 18 juta jiwa !
Kalau memakai suhu panas sebagai alasannya, Bangkok dan Singapura juga tidak kalah panasnya. Lha, wong sesama penghuni daratan di Asia Tenggara ya pastinya nggak bakalah beda jauhlah untuk masalah temperatur. Buat saya, tingkat humiditas di kedua negara tersebut lebih tinggi dibanding Jakarta.
Lobby hotel Grand Zuri
Alasan macet ? Siapa bilang Bangkok ngga macet ? Kuala Lumpur dan Manila juga mengalami problem yang sama kok. Lalu hal apa yang menjadi penyebab Jakarta atas ketertinggalannya ini ? Sebegitu buruknya kah Jakarta sehingga tidak memiliki sisi baik yang bisa diangkat dan menarik perhatian pelancong ? Opini yang terbangun kini adalah Jakarta hanya tempat untuk bekerja cari duit tapi bukan untuk dinikmati keunikannya. Apa iya Jakarta Cuma gitu aja ?
Adalah Donna Imelda, Shintaries, Salman Faris, Dewi Rieka, Katerina dan Evi Indrawanto yang punya kesamaan pikir bahwanya Jakarta seperti dua sisi mata uang. Pasti ada hal menarik yang bisa ditelisik walau terselubung macet dan teriknya cuaca Ibu Kota. Maka Jakarta Corners pun jadi media penyalur untuk mewujudkan mimpi besar ke-6 blogger yang juga tukang jalan-jalan ini. And it is my honor to be part of the dream yang mereka share dengan kami semua di Hotel Grand Zuri BSD City tanggal 24 Oktober 2015 lalu.
Kenapa Grand Zuri ?
Kalo tentang Jakarta kok para penggagas JC (Jakarta Corners) ini malah milih tempat di area BSD secara BSD sudah masuk area Banten ? Walaupun tertulis Jakarta Corners, JC tidak hanya membatasi kiprahnya sebatas Jakarta saja. Sebagai daerah penopang Ibu Kota, BSD juga patut diperhitungkan. Selain faktor lokasi hotel yang gampang banget ditemukan baik oleh pengguna angkutan umum apalagi mobil pribadi. Pemilihan Hotel Grand Zuri BSD City juga dijadikan tempat kumpul bocah eh blogger kemarin karena konsepnya yang membuat kita Feels Like Home selama acara launching kemarin.
Ngerti sendiri lah, kalo blogger sudah berkumpul selain inisiatif mencari narsum, kami pun langsung keluarkan gadget untuk dokumentasi, mengumpulkan gambar penunjang bahan tulisan. Apalagi acara launching ini bertabur hadiah; selain live tweet bakal ada juga kontes blog.
Benar saja, baru saya melangkah ke lobby hotel yang luas, sudah terlihat kawan-kawan blogger yang beraksi dengan kameranya. Saya pun tergerak mengikuti hal yang sama. Mengeksplorasi lokasi hotel, dari mulai lobby kemudian longue dan sport centre semua dilakukan tanpa hambatan. Ngga perlu minta izin sama crew hotel *pasang muka bandel*. Malah ketika motret restonya, salah seorang chef langsung menawarkan diri menjadi model dan bergaya tanpa sungkan. Really feels like home, no burden at all. Bukan tanpa alasan ya, saya komentar demikian. Karena pernah punya pengalaman kurang menyenangkan ketika memotret di suatu tempat pake acara ditegur oleh pihak kemanan. Walaupun saya tahu memang ada tata-tertibnya soal potret-memotret ini namun nggak nyangka kalo di tempat itu ketat banget; Cuma sempet ambil satu gambar dan satpam pun beraksi, hadeeuh. Padahal potret-memotret sekarang ini adalah sudah jadi bagian dari life style, kalo ada tempat yang perlu ijin beribet untuk foto, rasanya bakal ngga didatangin orang lagi �kali yaa...
Cozy longue |
Setelah puas ambil gambar, saya pun mendatangi meja registrasi dan mendapatkan goodie bags, cihuy ! Makin siang, undangan yang datang makin banyak dan acara pun dimulai sekitar pukul sepuluh lewat dan dibuka oleh mas Arie �pitax� Ardiansyah dengan menginformasikan run down acara berikut jenis-jenis lomba yang diselenggarakan.
Acara dimulai dengan product knowledge yang dibawakan oleh Bapak Dimara. Beliau menerangkan bahwa hotel yang memiliki 132 kamar �terdiri dari kombinasi tipe kamar Deluxe, Superior, Executive, Junior dan President Suites) juga memiliki 7 function room yang bisa dipakai berbagai acara mulai dari pernikahan hingga acara remaja seperti prompt night. Agar para tamu dapat mengeksplor lingkungan sekitaran hotel, Manajemen Hotel Grand Zuri BSD City yang berkantor pusat di Pekanbaru ini, menyediakan shuttle bus dengan rute +/- 10 Km dari hotel.
Management Team Hotel Grand Zuri BSD City
Para pemenang foto kontes Instagram
Keikut sertaan Hotel Grand Zuri BSD City dalam program Go Green diaplikasikan pada pemakaian LED yang hemat energi serta pengelolaan air limbah. Nggak Cuma sebatas urusan inap-menginap, Pihak Grand Zuri pun mengadakan kursus table manner bagi awam yang ingin tahu lebih lanjut akan tata krama makan berbasis internasional tersebut. Sehingga tag line We Know How To Please You tidak semata pada tamu yang menginap saja, tapi tercermin juga dalam interaksi dengan masyarakat sekitar. Karena nggak mungkin pemenang foto kontes Instagram bisa beraksi �sesuka hati� di area hotel seperti yang diterangkan oleh PR Hotel ketika menerangkan kriteria pemenang lomba foto Instagram. Dua pemenang ini bercerita bahwa mereka khusus datang ke Hotel Grand Zuri BSD City hanya untuk keperluan foto lomba saja. Hmm, kira-kira tempat lain ada tidak ya yang seperti itu ? ^_^
Ngga cukup hanya registrasi, harus pake foto juga ^_^
About Jakarta Corners
Saya tidak menyangka, pembicaraan saya dengan Donna Imelda � Dewi Rieka dan Shintaries usai salah satu acara sharing session di Juli lalu betul-betul direalisasikan. Walau Dewi berdomisili di Kota Lumpia Semarang namun tidak menyurutkan antusiasmenya membidani situs Jakarta Corners yang punya misi mengajak awam untuk melihat Jakarta dari kaca mata yang berbeda. Sebagaimana kota-kota tua lainnya, Jakarta punya sejarah yang panjang [umur Jakarta hampir 5 abad, lho, tahu �kan ?]. Dengan usianya yang tidak sebentar itu, Jakarta punya banyak peninggalan yang sedikit orang tahu. Sebagai salah satu melting pot, Jakarta pasti punya sisi humanis, budaya berikut kulinernya yang rasanya kini terabaikan.
The stage
Sebagai blogger yang mumpuni, jangan ditanya rencana mereka dalam �menyetani� kita untuk lebih tahu tentang Jakarta hingga pelosoknya. Selain lewat situs Jakarta Corners yang kabarnya juga terbuka bagi kontributor lepas [uhuy !], JC juga akan mempunyai acara-acara offline lainnya. Can�t wait to hear that !
Pendek kata, salute to you all, girls !! Oh ya, plus untuk si ganteng mas Salman jugak ^_^
Foundernya Jakarta Corners bersama mas Teguh dan pihak Grand Zuri
Pemenang live tweet
Making Money from Travelling - talk show
Sebelum bagi-bagi ilmunya, mas Teguh yang sudah dikenal sebagai salah satu travel writer Indonesia yang mumpuni menayangkan short movie dengan embel-embel pertanyaan; berapa prakiraan tema tulisan yang dapat dibuat dari hasil menonton film pendek tersebut. Mirip ujian mas, ada pertanyaan segala ^_^
Setelah dihitung bersama-sama, dari 1 video pendek buatan mas Teguh bisa beranak pinak menjadi 8 tema tulisan. Mulai dari suasana pasar Jatinegara, kehidupan di stasiun, penjual hewan serta batu akik dan lainnya. Ternyata kunci dari semua itu adalah riset sebagai bagian dari perencanaan yang matang, demikian mas Teguh membeberkan kuncinya.
Berangkat dari penentuan lokasi, kemudian cari tahu hal-hal menarik yang bisa ditelisik di area tersebut. Lalu orang-orang yang bisa dihubungi atau calon nara sumber. Pemilihan waktu juga tidak bisa diabaikan karena terkait rute berikut jenis transportasi yang bisa diakses ke daerah tersebut.
Tak kalah pentingnya adalah alat bantu yang akan kita gunakan seperti gadget atau kamera. Dalam aktivitasnya, mas Teguh menambahkan bahwa penguasaan tools sudah menjadi keharusan. Mas Teguh juga sharing aplikasi apa saja yang sering dipergunakan dalam penulisannya. Beliau mencontohkan, kamera tidak perlu yang terkini karena penguasaan teknik ternyata lebih berperan.
Oh ya satu lagi, selain jeli lihat peluang media yang memuat artikel tentang perjalanan, mas Teguh juga menekankan pentingnya riset sebelum memulai perjalanan, jangan asal membuat tulisan karena baginya menulis harus mengakar pada prinsip berbagi dan originalitas. Insya Allah, tujuan akan tulisan yang "menjual" akan terjual karena pasti ada sentuhan personal dari si pembuat tulisan. Terakhir, beliau menerangkan cara menetapkan prioritas tulisan.
Tulisan berbasis time dependant seperti event, promo atau festival adalah prioritas pertama. Setelah itu baru tulisan-tulisan yang tidak punya ketergantungan akan waktu. Karena jika "moment"nya lewat, maka tulisan itu jadi tak berarti, demikian pungkas mas Teguh.
Siang itu, saya luber tips dari mas Teguh Sudarisman. Matur suwun, mas ^_^
Cerenti Restaurant
Dari pemaparan pihak Manajemen Hotel Grand Zuri BSD City di awal sesi, saya jadi tahu jika semua nama restoran Hotel Grand Zuri adalah Cerenti walaupun dari sisi menu belum diseragamkan. Ke depannya ada wacana untuk menyamakan menu-menu yang dihidangkan. Unik ya ?
Siang itu menu yang dihidangkan mirip menu rumahan; mulai dari empal gentong dan tahu gejrot bisa dijumpai di meja buffet. Hmm, lagi-lagi We Know How to Please You ^_^
Aneka dessert
Apakah selesai makan siang berarti sampai di situ saja acara launching Jakarta Corners ? Nggaaaaaaakkkkk ! *teriak kenceng*
Kami diberi kesempatan oleh pihak Hotel Grand Zuri BSD City untuk "mengintip" salah satu kamar Executive yang terletak di lantai 3. Satu lantai dengan kolam berenang. Khayalannya langsung terbentuk ketika melihat lay-out kamar dengan nomor kunci 328 ini mempunyai teras dengan suguhan pool view. Jika menginap di sini, saya dan bapaknya anak-anak akan duduk-duduk di teras menikmati secangkir minuman hangat sementara anak-anaknya sibuk berenang ^_^
Mungkin ada baiknya, saya menelisik pojokan Jakarta dimulai dari daerah Serpong dan menginap di tempat ini. Mari kita mulai riset sambil mencari tahu hal apa saja yang unik dari BSD selain keberadaan toko IKEA-nya. Eaaaaa !!!!
Penataan lampu mejanya mengingatkan lampu meja kerja di rumah
Teras kamar yang nyaman dengan pool view
Penampakan bantalnya jadi pengen bobok ^_^
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Jakarta Corners yang disponsori oleh Hotel Grand Zuri BSD City
***
Hotel Grand Zuri, BSD City
Jl. Pahlawan Seribu kav Ocean Walk
Blok CBD Lot 6 - BSD City, Serpong
Tangerang Selatan 15322
Banten - Indonesia
Telp: +62 21 2940 4955
Fax: +62 21 2940 4966
Email: reservation.bsd@grandzuri.com
www.grandzuri.com/bsdcity
Twitter: @GrandZuriBSD
IG: grandzuri.bsd
Fanpage: Grand Zuri BSD City
***
Jl. Pahlawan Seribu kav Ocean Walk
Blok CBD Lot 6 - BSD City, Serpong
Tangerang Selatan 15322
Banten - Indonesia
Telp: +62 21 2940 4955
Fax: +62 21 2940 4966
Email: reservation.bsd@grandzuri.com
www.grandzuri.com/bsdcity
Twitter: @GrandZuriBSD
IG: grandzuri.bsd
Fanpage: Grand Zuri BSD City
***
Twitter : @JakartaCorners
IG : jakartacorners
***
Post a Comment for " Desain Grafiti Jakarta Corners; Telisik Unik Jakarta di Grand Zuri Hotel"